Maraknya berbagai kegiatan
industri di Indonesia
mengakibatkan cadangan air tanah di beberapa daerah mengalami kekeringan.
Eksploitasi air tanah yang berlebihan di beberapa kota
besar seperti Jakarta, Semarang,
dan Surabaya,
mengakibatkan terjadinya intrusi air laut dan penurunan permukaan tanah akibat
kosongnya sungai-sungai air di bawah tanah.
Beberapa cara mengatasi
krisis air seperti reboisasi hutan gundul dan penyuntikan air pada
sungai-sungai kering di bawah tanah pada musim hujan telah dilakukan. Namun,
hal ini belum dapat menyelesaikan masalah karena cadangan air tanah tetap tidak
akan dapat terpenuhi selama eksploitasi air tanah yang dilakukan pihak industri
tetap berlangsung.
Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah pada
umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. Metode ini merupakan
metode yang paling efektif dibandingkan dengan metode Kimia dan Fisika. Proses
pengolahan limbah dengan metode Biologi adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme
sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah.
Mikroorganisme sendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material,
juga menjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.
Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses
pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.
Dewasa ini metode lumpur
aktif merupakan metode pengolahan air limbah yang paling banyak dipergunakan,
termasuk di Indonesia, hal ini mengingat metode lumpur aktif dapat dipergunakan
untuk mengolah air limbah dari berbagai jenis industri seperti industri pangan,
pulp, kertas, tekstil, bahan kimia dan obat-obatan. Namun, dalam pelaksanaannya
metode lumpur aktif banyak mengalami kendala, di antaranya, (1) diperlukan
areal instalasi pengolahan limbah yang luas, mengingat proses lumpur aktif
berlangsung dalam waktu yang lama, bisa berhari-hari, (2) timbulnya limbah
baru, di mana terjadi kelebihan endapan lumpur dari pertumbuhan mikroorganisme
yang kemudian menjadi limbah baru yang memerlukan proses lanjutan.
Areal instalasi yang luas
berarti dana investasi cukup besar, akibatnya pemanfaatan teknologi lumpur
aktif menjadi tidak efisien di Indonesia, ditambah lagi dengan proses operasional
yang rumit mengingat proses lumpur aktif memerlukan pengawasan yang cukup ketat
seperti kondisi suhu dan bulking control proses endapan.
Limbah baru merupakan
masalah utama dari penerapan metode lumpur aktif ini. Limbah yang berasal dari
kelebihan endapan lumpur hasil proses lumpur aktif memerlukan penanganan
khusus. Limbah ini selain mengandung berbagai jenis mikroorganisme juga
mengandung berbagai jenis senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme. Pengolahan limbah endapan lumpur ini sendiri memerlukan biaya
yang tidak sedikit. Sedikitnya 50 persen dari biaya pengolahan air limbah dapat
tersedot untuk mengatasi limbah endapan lumpur yang terjadi. Akibatnya,
kebanyakan di Indonesia
limbah endapan lumpur ini biasanya langsung dibuang ke sungai atau ditimbun di
TPA (tempat pembuangan akhir) bersama dengan sampah lainnya.
Daur ulang air limbah
Pada tahun 1994 dalam
sebuah jurnal international water science technology, Hidenari yasui dari
Kurita Co, Jepang, memperkenalkan sebuah proses inovasi pengolahan air limbah
dengan mereduksi jumlah endapan lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan
lumpur aktif. Proses inovasi tersebut kemudian dikenal dengan proses pengolahan
air limbah emisi zero (zero emission). Hidenari yasui berhasil mereduksi hampir
100 persen dari limbah endapan lumpur dengan menerapkan teknologi ozon pada
proses pengolahan air limbah lumpur aktif.
Bagan pengolahan air
limbah lumpur aktif dengan penerapan sistem ozon dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada sistem ini sebagian endapan lumpur diambil untuk melalui proses ozonisasi
dalam chamber ozon proses.
Selanjutnya endapan lumpur tadi dikembalikan pada
chamber lumpur aktif. Melalui proses ozonisasi endapan lumpur tadi menjadi
material yang mudah untuk diuraikan dan direduksi oleh mikroorganisme. Dalam
chamber lumpur aktif bersamaan dengan proses penguraian air limbah material
oleh mikroorganisme, terjadi pula proses penguraian endapan lumpur hasil proses
tersebut, sehingga tercipta sistem praktis pengolahan air limbah.
Ozon yang merupakan spesis
aktif dari oksigen memiliki oksidasi potential 2.07V, lebih tinggi dibandingkan
chlorine yang hanya memiliki oksidasi potential 1.36V. Dengan oksidasi
potential yang tinggi ozon dapat dimanfaatkan untuk membunuh bakteri
(strilization), menghilangkan warna (decoloration), menghilangkan bau
(deodoration), menguraikan senyawa organik (degradation).
Dengan kemampuan
multifungsi yang dimilikinya ozon dapat menguraikan endapan lumpur yang
sebagian besar kandungannya adalah bakteri dan senyawa-senyawa organik seperti
phenol, benzene, atrazine, dioxin, dan berbagai zat pewarna organik yang tidak
dapat teruraikan dalam proses lumpur aktif.
Ozon membunuh bakteri
dengan cara merusak dinding sel bakteri sekaligus menguraikan bakteri tersebut
(Collignon, 1994). Hal ini berbeda dengan chlorine yang hanya mampu membunuh
bakteri saja. Ozon juga mampu membunuh bakteri tipe filamen seperti bakteri S Natans, M Parvicella, Thiotrix I dan II penyebab
bulking di mana zat padat dan zat cair sulit terpisahkan pada kolam
pengendapan.
Dengan menerapkan
teknologi ozon pada pengolahan air limbah lumpur aktif didapatkan sistem
praktis pengolahan air limbah. Beberapa keuntungan penerapan sistem ini adalah
lumpur endapan dapat dihilangkan sehingga pengolahan lanjutan dan/atau
pencemaran sungai dapat dihindarkan, bulking dapat dihilangkan sehingga sistem
proses lumpur aktif berjalan stabil, dan air limbah dapat didaur ulang.
Dengan menerapkan sistem
ini didapatkan air bersih yang tidak lagi mengandung senyawa organik beracun
dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut dapat dipergunakan
kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri selanjutnya. Diharapkan
pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat mengatasi permasalahan
persediaan cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan industri dan kebutuhan
masyarakat akan air. Semoga.
Dr Anto Tri Sugiarto,
M.Eng. Peneliti pada Pusat Penelitian KIM-LIPI
Dunia Pompa : Dunia Pompa Air Bersih Sumur Bor Artesis Atasi Bau Kering Kuning Tercemar dan Keruh
Dunia Pompa : Dunia Pompa Air Bersih Sumur Bor Artesis Atasi Bau Kering Kuning Tercemar dan Keruh
0 komentar:
Posting Komentar